Tuesday, May 4, 2010

Kompos Bermutu dari Kandang Ayam Petelur

Dapat kalian bayangkan betapa tidak nyamannya ketika kita berada di sekitar peternakan ayam petelur. Bau makanan yang menyengat ditambah dengan bau kotorannya yang tidak sedap dapat menimbulkan polusi udara. Hal itu tidak akan terjadi jika para peternak mau mengolah kotoran ayam tersebut menjadi kompos yang berkualitas.  

Pada kapasitas ternak sebesar 80.000 ekor akan dihasilkan kotoran sejumlah 3 ton kotoran basah per harinya. Kotoran ayam yang dahulu hanya teronggok di sudut-sudut kandang, kini dapat diolah menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan sebagai penyubur rumput lapangan golf, tanaman palawija, menumbuhkan zooplankton dalam tambak, pembibitan, kebun hortikultura, dan sebagainya.  

Bahan baku pembuatan kompos ini adalah kotoran ayam petelur. Menurut Bapak Muin Fatah, pemilik perusahaan kompos istimewa ”Mekar Asih”, kotoran ayam petelur lebih baik dari kotoran ayam pedaging karena kotoran ayam pedaging bercampur dengan sekam yang dipakai sebagai alas kandang, sedangkan kotoran ayam petelur langsung bertumpuk di bawah kandang.  

Selain itu, kotoran ayam petelur mengalami masa istirahat yang lebih lama karena pembongkaran dari bawah kandang dilakukan selama enam bulan sekali sesuai dengan masa afkir ayam petelur. Pada ayam pedaging, masa afkirnya lebih cepat sehingga masa fermentasinya juga lebih cepat, yaitu tiga bulan sehingga proses fermentasinya kurang sempurna. Fermentasi yang sempurna akan menghasilkan panas tinggi (60° – 70 °C) yang dapat mematikan benih gulma yang mungkin terdapat di dalamnya. 

Jika dibandingkan dengan kompos organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, juga masih lebih unggul karena kompos dari ayam petelur ini kandungan unsur haranya lebih sempurna dan lebih mudah diserap oleh tumbuhan. Kandungan hara dalam kompos ayam petelur yang telah diuji oleh Laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional Serpong Tangerang (No. 144/DAGST/ AIR.4/96) ini mengandung 4,06% nitrogen, 6,06% fosfor, dan 2,30% kalium.  

Dengan penggunaan kompos dari bahan organik ini, diharapkan selain untuk mengurangi polusi udara yang dapat menimbulkan polusi udara, juga mencegah terjadinya polusi air yang disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan yang dapat mematikan berbagai jenis organisme air dan memicu tumbuhnya tumbuhan air yang dapat mempercepat terjadinya pendangkalan. 

(Sumber: Majalah Trubus, edisi Agustus)

No comments:

Post a Comment