Wednesday, May 12, 2010

> Menulis Daftar Pustaka dan Catatan Kaki

Apa jadinya dunia jika karya ilmiah tidak ada? Dengan karya ilmiah, kita dapat mengetahui karya tulis orang lain sekaligus menghargai karya tulis orang lain. Ada beragam sumber rujukan yang dapat diambil dari pengetahuannya.
Selain itu, memahami dan mengenal sumber rujukan akan membawa Anda dalam keyakinan bahwa ilmu terus
berkembang. Oleh sebab itu, kita menjaga dan mengembangkannya dengan menulis.

1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka dikenal juga sebagai referensi, bibliografi,
sumber acuan, atau sumber rujukan. Daftar pustaka adalah susunan
sumber informasi yang umumnya berasal dari sumber tertulis
berupa buku-buku, makalah, karangan di surat kabar, majalah, dan
sejenisnya. Semua sumber bacaan itu berhubungan erat dengan karangan yang ditulis.
Daftar pustaka ditempatkan pada bagian akhir karangan dan
ditulis pada halaman tersendiri. Daftar pustaka disusun berdasarkan
urutan abjad nama penulis (alfabetis) dan tidak menggunakan nomor urut.

Ketentuan penulisannya sebagai berikut.
a. Buku
1) Jika penulisnya satu orang, penulisan nama belakang
penulisnya (jika terdiri atas dua kata atau lebih) dipindahkan
ke depan. Misalnya, Yogi Yogaswara menjadi Yogaswara, Yogi.
Contoh: Yogaswara, Yogi. 2000. Teknik Menulis Cerita Anak. Bandung. CV Aneka.
2) Jika penulisnya dua atau tiga orang, nama penulis pertama
ditulis terbalik, sedangkan yang lainnya tetap. Contoh:
Warsidi, Edi dan Eriyandi Budiman. 1999. Teknik Menulis Naskah Film untuk Anak-Anak. Bandung: Katarsis.
3) Jika penulisnya lebih dari tiga orang, hanya satu orang yang dituliskan, kemudian ditambah keterangan dkk. (dan kawan-kawan). Contoh:
Sugono, Dendy dkk. 2003. Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia.
4) Jika beberapa buku dari penulis yang sama kita rujuk, urutan daftar pustaka tidak mengulang nama penulisnya.
Pada urutan kedua dan selanjutnya, nama penulis diganti dengan garis delapan ketukan.
Contoh: Ismail, Taufiq (ed.) dkk, 2002. Horison Sastra Indonesia 1, Kitab Puisi. Jakarta: Horison & The Ford Foundation.
5) Jika tahun terbit tidak dicantumkan, tahun terbitnya diganti dengan tulisan tanpa tahun (tt). Contoh:
Maulana, Dodi. tanpa tahun. Beternak Unggas. Bandung: CV Permata.

b. Surat Kabar
1) Jika berupa berita, urutannya yaitu nama koran (dicetak
miring) dan penanggalan. Contoh: Kompas (harian). Jakarta, 20 Februari 2005.
Kedaulatan Rakyat (harian). Yogyakarta, 15 Maret 2005.
2) Jika berupa artikel urutannya yaitu nama penulis (seperti
pada buku), tahun terbit, judul artikel (diapit tanda petik
dua), nama koran, tanggal terbit. Contoh:
Saptaatmaja, Tom S. 2005. "Imlek, Momentum Untuk
Rekonsiliasi." Koran Tempo, 11 Maret 2005.

c. Majalah
Sama dengan surat kabar, tetapi di belakang nama majalah
ditambahkan nomor edisi. Contoh:
Kleiden, Ignas. 2005. "Politik Perubahan Tanpa Perubahan
Politik." Tempo No. 50 tahun XXXIII.

d. Lembaran Kerja dari Lembaga Tertentu
Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Pedoman
Surat Dinas. Jakarta: P3B.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004:
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta.

e. Makalah yang Tidak Diterbitkan
Setelah kota tempat penulisan, tidak terdapat nama penerbit.
Contoh:
M.I. Sulaeman. (1985). Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis
Situasi Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan
Sekolah. Disertasi Doktor FPS, IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Berikut ini contoh daftar pustaka yang ada dalam sebuah buku.
Ali, Lukman. 1989. Berbahasa Baik dan Berbahasa dengan Baik. Bandung: Angkasa.
Arifin, E. Zaenal. 1985. "Perihal Surat-menyurat Resmi
Indonesia Baru". Bahan Ceramah Penataran Tenaga
Administrasi Universitas Indonesia. Jakarta: tidak diterbitkan.
________. 1986. "Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Bahan Ceramah Pusdiklat RRI,
Departemen Penerangan. Jakarta: tidak diterbitkan.
________. 1987. "Struktur Bahasa Indonesia: Kata
dan Kalimat". Bahan Ceramah Penataran Bahasa
Indonesia, Badan Tenaga Atom Nasional. Jakarta:
tidak diterbitkan.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1990. Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Cetakan
IV. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

B. Catatan Kaki
Karya tulis ilmiah membutuhkan dokumentasi untuk memudahkan
penulis menyatakan serta mengakui jasa para penulis lainnya.
Selain itu, dokumentasi ini bertujuan agar para pembaca menguji
atau memeriksa sumber informasi. Dokumentasi ini biasanya berbentuk catatan kaki.
Walaupun suatu catatan kaki dapat saja menambahi komentar dan
penjelasan, haruslah kita ingat benar-benar bahwa fungsi utamanya
adalah memberikan informasi mengenai suatu sumber.

Berikut ini contoh catatan kaki. Lihatlah penempatannya dalam halaman.
a. Goal-seaking (tingkah laku individu terarah kepada suatu tujuan tertentu).
b. Mind (substansi kualitatif yang berbeda dengan jasmaniah).
c. Drive (tenaga pendorong dari dalam diri individu atau dalam pengertian yang lebih luas sering disebut motive).54

Aspek-aspek tersebut memungkinkan adanya dinamisasi
proses belajar dalam diri individu. Menurut Cronbach 53, proses
belajar itu akan terjadi pada diri individu apabila ada langkahlangkah atau aspek-aspek sebagai berikut.
1. Tujuan (Goal)
Perbuatan belajar akan terjadi apabila ada tujuan yang akan dicapai.
2. Kesiapan (Readiness)
Kesiapan dalam proses belajar merupakan suatu hal yang esensien. 53Skinner, Charles E., Essential Of Education Psychology, American Company
Ltd., Tokyo, Japan, 1958, p.,7. 54Cronbach, L.E., op.cit., p.p., 48–52

Jika bahan tulisan diambil dari sebuah buku, ikutilah bentuk berikut.
a. Buku
(1) Data pengarang
Nama pertama, nama tengah, nama akhir, koma.
(2) Data buku
Judul buku digarisbawahi (dicetak miring), tanda kurung buka,
tempat penerbitan, titik dua, penerbit, koma, tahun penerbitan, tanda kurung tutup, koma.
(3) Data halaman
Ringkasan p. atau pp., angka, titik.
Contoh:
1 Erich Fromm, The Art of Loving (New York: Harper & Row, 1956), p. 23.

Haruslah diperhatikan benar-benar bahwa tidak ada tanda baca
mendahului tanda kurung buka, tetapi terdapat koma setelah tanda
kurung tutup. Seperti juga halnya dengan kalimat, catatan kaki mulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik.
Bagi artikel, bentuk sama saja, tetapi terdapat perbedaan penting.

b. Artikel
(1) Data pengarang
Nama pertama, nama tengah, nama akhir, koma.
(2) Data artikel/publikasi
Tanda kutip buka, judul artikel, koma, tanda kutip tutup,
judul penerbitan digarisbawahi, koma, hari, bulan (disingkat kalau lebih dari lima huruf), koma, tahun, koma.
(3) Data halaman
Singkatan p. atau pp., angka, titik.

Contoh:
2 Stuart Baur, "First Message from the Planet of the Apes",
New Yorker, 24 Feb. 1975, pp. 30—37.
Perlu dicatat bahwa dalam catatan kaki tersebut dipakai bentuk
penanggalan militer; urutannya adalah hari—bulan—tahun, bukan
urutan bulan—hari—tahun seperti yang biasa dipergunakan masyarakat
umum. Juga, pada data tersebut tidak dicantumkan nomor jilid karena
majalah-majalah populer diterbitkan berdasarkan tahun kalender
dan dijilid di perpustakaan berdasarkan hal itu.

Berikut ini beberapa contoh bagi sumber-sumber lainnya yang
mungkin kita temui.
a. Artikel dalam Koran
3 "College Hunt", New York Times, 11 May 1975, p.29, col. 1.
(Catatan: tidak ada pengarang; col = kolom).
4Mitchell C. Lynch, "Shaking up the G-Men", Wall Street Journal, 15 May 1975, p.14, cols. 4-6.

b. Artikel dalam Jurnal
sCarl F. Strauch, "Kings in the Black Row: Meaning Through
Structure — A Reading of Salinger’s The Catcher in the Rye,
"Wisconsin Studies in Cuntemporary Literature, 2 (Winter 1961), 5- 30.
(Catatan: Judul buku dalam judul artikel ini digarisbawahi; nomor
jilid jurnal ditempatkan sebelum tanggal; kalau nomor jilid disertakan,
tidak digunakan singkatan; tanggal ditempatkan dalam tanda kurung).

c. Artikel dalam Koleksi
6Zellig S. Harris, "Discourse Analysis", in The Structure of
Language, eds Jerry A. Fodor and Jerrold J. Katz (Englewood
Cliffs, N.J.: Prentice Hall, 1964), pp. 355–83.
(Catatan: eds = editors; karena Englewood Cliffs tidak begitu
terkenal, diikuti oleh singkatan negara bagian).

d. Artikel dalam Majalah Mingguan
7 Roger Angell "The Sporting Scence (Baseball)", New Yorker,14 April 1975, pp. 90–95).
8 "Year of the Ear", Newsweek, 19 May 1975, p.93.
(Catatan: Pengarang tidak disebut).
e. Artikel dalam Majalah Bulanan
9 Betsy Langman and Alexander Cockburn, "Sirhan’s Gun". Harper’s, Jan. 1975, pp. 16–27

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan mengenai bentuk catatan
kaki ini adalah sebagai berikut.
a. Nomor
Nomor mengikuti bahan yang dikutip, yang diacu atau yang
dikomentari. Nomor itu ditempatkan agak ke atas baris, di belakang
semua tanda baca, kecuali garis pisah. Catatan kaki haruslah diberi
nomor secara berurutan dalam seluruh karya tersebut.

b. Penempatan
Catatan kaki ditulis di bawah garis pada bagian bawah halaman.
Setiap catatan kaki diperlakukan sebagai suatu paragraf terpisah,
dimasukkan 5 spasi diawali dengan nomor yang bersangkutan (sedikit
berada di atas garis), diikuti oleh catatan yang berspasi tunggal, dan
diakhiri dengan titik. Jika catatan kaki ditempatkan pada akhir karya
tulis, haruslah ditempatkan pada halaman khusus (halaman terpisah).
Jarak antara catatan kaki dan catatan kaki lainnya biasanya dua spasi (atau spasi ganda).

c. Kapitalisasi dalam Judul
Seperti yang telah kita ketahui, huruf pertama pada kata-kata
judul hendaklah ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata-kata tugas
(kata depan dan kata sambung).

d. Judul, Tanda Kutip, dan Huruf Miring
Semua judul mengikuti peraturan yang sama seperti pada
bibliografi: judul buku, judul majalah, harian, atau ensiklopedi
digarisbawahi atau dicetak dengan huruf miring; judul artikel
ditempatkan dalam tanda kutip.

e. Referensi Kedua atau Belakangan
Kalau kita telah menyajikan semua informasi yang dibutuhkan
dalam catatan kaki yang pertama bagi suatu sumber, demi kepraktisan
tidak perlu lagi kita ulangi seperti catatan kaki yang pertama itu. 

Cukup kalau kita menulis nama akhir pengarang dan nomor halaman saja, contoh: (Tarigan, p. 17). Kalau kebetulan ada dua pengarang yang mempunyai nama akhir yang sama, kita harus menulis nama mereka secara utuh (Henry Guntur Tarigan, p. 17); dan kalau ternyata pengarang tersebut telah menulis dua atau lebih karya, maka sebaiknya kita mencantumkan nama akhir dan singkatan judul karyanya, contoh: (Tarigan, Membaca, p. 27).
Sebagai bentuk pilihan, pada penyebutan kedua dan seterusnya atas sumber yang sama, judul buku dan sebagainya tidak perlu disebut lagi, dan digantikan dengan singkatan: ibid, op.cit, loc.cit.

No comments:

Post a Comment