Tuesday, May 4, 2010

Xylitol, Pemanis Sahabat Gigi

Karakteristik xylitol Xylitol pertama kali ditemukan oleh Herman Emil Fischer, seorang kimiawan berkebangsaan Jerman pada tahun 1891. Xylitol telah digunakan sebagai pemanis pada makanan sejak tahun 1960-an.  Namun demikian, pemanfaatannya untuk perawatan gigi baru digunakan pada era tahun 1970-an di Finlandia. Kala itu para peneliti dari University of Turku menunjukkan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa xylitol dapat mencegah terjadinya karies gigi.  

Setelah melalui kontemplasi yang cukup panjang pada tahun 1983 JECFA (Joint Expert Committee of Food Additives) milik FAO/WHO merestui penggunaan xylitol sebagai pemanis dalam produk pangan. Tiga tahun kemudian, FDA (Food Drug Administration) pun merestui penggunaannya.  


Xylitol merupakan senyawa antara dalam metabolisme karbohidrat dalam tubuh manusia dengan kecepatan produksi antara 5 sampai dengan 15 gram  per hari. Dibandingkan dengan glukosa, xylitol mengalami absorpsi ke dalam tubuh yang lebih lambat.  Dengan demikian, kenaikan glukosa darah yang tibatiba dapat dihambat. Karena alasan inilah, xylitol pun kerap kali digunakan sebagai pengganti sukrosa bagi penderita diabetes.  

Xylitol & kesehatan gigi Kerusakan gigi sebagian besar diakibatkan oleh dua faktor yaitu makanan, terutama gula dan bakteri. Beberapa jenis bakteri selalu berada di dalam mulut.  Mereka terpelihara oleh sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi. Kebusukan gigi dapat dimulai dengan demineralisasi pada permukaan gigi bagian luar hasil produksi asam oleh bakteri yang mencerna karbohidrat.  

Kebusukan gigi ini dipercepat ketika gigi semakin kekurangan mineral dan metabolisme bakteri berlanjut untuk beraksi pada gigi.  Lubang yang terbentuk jika tidak dirawat akan berkembang dan merusak jaringan lainnya.  Meski telah diketahui lebih dari delapan jenis bakteri hidup di sekitar mulut, Streptococcus mutans disebut-sebut sebagai bakteri yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan gigi. Streptococcus mutans mempunyai kemampuan mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam.  

Asam ini menjadi bagian yang menempel untuk selanjutnya membentuk plak gigi. Plak sendiri terdiri dari banyak bakteria yang hidup bersama dalam gula, protein, saliva, dan partikel makanan yang membusuk dan menempel.  Asam pada plak menyerang mineral pada lapisan gigi bagian luar. Hal ini menyebabkan erosi pada gigi yang dapat menyebabkan terbentuknya lubang kecil pada email gigi. Pada tahap awal, lubang ini tidak dapat terlihat secara nyata, tetapi menghasilkan lingkungan mikro yang ramah terhadap pertumbuhan bakteri.  

Semakin lama plak atak terus merusak gigi. Apabila hal ini terus dibiarkan lubang pada gigi akan terus semakin berkembang.  Semula, xylitol hanya digunakan sebagai pemanis alternatif untuk penderita diabetes. Kini, pemanis itu juga banyak digunakan untuk menjaga kesehatan gigi. Riset terkini menegaskan, kebiasaan mengunyah permen karet dengan pemanis xylitol sangat efektif mencegah kerusakan gigi.  Xylitol mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans saat mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. 

Hal ini dapat dilakukannya mengingat xylitol tidak dapat difermentasikan oleh bakteri tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan Streptococcus mutans menjadi demikian terhambat.  Daya penghambatan xylitol dapat menyentuh angka 90 persen. Efektivitas xylitol akan baik jika kandungannya dalam produk melebihi angka 50 persen. Namun demikian, efektivitasnya akan terganggu bila ada pemanis lain yang terdapat dalam produk tersebut.  

Penggunaan xylitol akan memicu produksi air liur yang mengandung banyak mineral penting bagi email gigi. Kondisi ini dinilai sangat menguntungkan kesehatan gigi karena akan memperbaiki lapisan gigi bagian luar. Sebuah riset di Amerika menyatakan bahwa xylitol mampu menekan jumlah bakteri penyebab kerusakan gigi, menghambat pertumbuhan plak, menekan keasaman plak dan mempercepat proses pembentukan kembali mineral gigi.  

Sifatnya yang sulit difermentasi menyebabkan xylitol menjadi substrat yang tidak baik bagi pertumbuhan bakteri. Mekanisme inilah yang sebenarnya menjadi alasan mengapa xylitol dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan pada gigi.  Demikian dijelaskan dalam sebuah majalah terkenal Dimensions of Dental Hygiene edisi Maret 2006. 

No comments:

Post a Comment