Wednesday, May 12, 2010

> Mengidentifikasi Puisi

Apakah Anda pernah mengikuti lomba deklamasi puisi? Di dalam puisi yang dibacakan berisikan hal-hal yang indah, baik dari segi isi maupun segi nada pengucapan.
Puisi sebenarnya adalah hasil karya seseorang yang menciptakan dunianya tersendiri. Ia mencipta dengan penuh perenungan dan ekspresi hati paling dalam. Oleh sebab itu, sebuah puisi yang lahir dari tangan penyair atau Anda sendiri adalah curahan hati yang menggambarkan suasana batin.

1. Bangun Struktur Puisi
Bangun struktur puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut meliputi:
a. bunyi;
b. kata;
c. larik atau baris;
d. bait;
e. tipografi.

Bangun struktur disebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan daya kritis pikiran pembaca. Unsur tersebut pada dasarnya merupakan unsur yang tersembunyi di balik apa yang dapat diamati secara visual.
Unsur yang tersembunyi di balik bangun struktur disebut dengan
istilah lapis makna. Unsur lapis makna ini sulit dipahami sebelum
memahami bangun strukturnya terlebih dahulu.

2. Kata dalam Puisi
Berdasarkan bentuk dan isi, kata-kata dalam puisi dapat dibedakan,
antara lain:
a. Lambang, yakni jika kata-kata itu mengandung makna seperti
makna dalam kamus (makna leksikal) sehingga acuan maknanya
tidak merujuk pada berbagai macam kemungkinan lain (makna
denotatif).

b. Utterance atau indice, yakni kata-kata yang mengandung
makna sesuai dengan keberadaan dalam konteks pemakaian.
Kata “jalang” dalam baris puisi Chairil, “Aku ini binatang
jalang”, telah berbeda maknanya dengan “wanita jalang itu
telah berjanji mengubah nasibnya”.

c. Simbol, yakni jika kata-kata itu mengandung makna ganda
(makna konotatif) sehingga untuk memahaminya seseorang
harus menafsirkannya (interpretatif) dengan melihat bagaimana
hubungan makna kata tersebut dengan makna kata lainnya
(analisis kontekstual), sekaligus berusaha menemukan fitur
semantisnya lewat kaidah proyeksi, mengembalikan kata
ataupun bentuk larik (kalimat) ke dalam bentuk yang lebih
sederhana lewat pendekatan parafrastis.

Lambang dalam puisi mungkin dapat berupa kata tugas, kata dasar,
maupun kata bentukan. Adapun simbol dapat dibedakan antara lain:
a. Blank symbol, yakni jika simbol itu, meskipun acuan maknanya
bersifat konotatif, pembaca tidak perlu menafsirkannya karena
acuan maknanya sudah bersifat umum, misalnya “tangan
panjang”, “lembah duka”, atau “mata keranjang”,

b. Natural symbol, yakni jika simbol itu menggunakan realitas
alam, misalnya “cemara pun gugur daun”, “ganggang menari”,
atau “hutan kelabu dalam hujan”,

c. Private symbol, yakni jika simbol itu secara khusus diciptakan
dan digunakan penyairnya,. misalnya “aku ini binatang jalang”,
“mengabut nyanyian”, atau ‘lembar bumi yang fana”. Batas
antara private symbol dengan natural symbol dalam hal ini
sering kali kabur.

Ada pula istilah pengimajian, yakni penataan kata yang menyebabkan
makna-makna abstrak menjadi konkret dan cermat.
Adanya kekonkretan dan kecermatan makna kata-kata dalam puisi
membuat pembaca lebih mampu mengembangkan daya imajinasinya
sekaligus mengembangkan daya kritisnya dalam upaya memahami
totalitas makna suatu puisi.

Selain pengimajian, terdapat juga istilah pengiasan, yakni
pengimajian dengan menggunakan kata-kata kias sehingga menimbulkan
makna yang lebih konkret dan cermat. Agar mampu mengapresiasi
puisi dengan baik, pembaca tidak cukup menghafal konsep-konsep
di atas, tetapi juga harus terampil mengidentifikasi ragam kata dalam
suatu puisi, terampil menentukan makna katanya serta terampil
menghubungkan makna kata yang satu dengan lainnya.

No comments:

Post a Comment